Kamis, 16 Agustus 2012

Manusia


            Manusia adalah makhluk yang berada dalam relasi (Habl) dengan Tuhan (Habl min Allah), relasi dengan sesama manusia (Habl min an-nas) dan relasi dengan alam (Habl min al-alam). Itulah ciri ras nabi Adam a.s. sebagai ras Homo sapiens dan merupakan pengertian manusia secara sains.
            Sedangkan dalam Al-Qur’an, secara umum ada tiga kata yang biasa diartikan sebagai manusia, yaitu al-basyar, an-nas dan al-insan. Kecuali itu, kata lain juga banyak digunakan terutama berupa kata ganti untuk manusia dalam berbagai bentuknya. Jika kita ingin mengungkapkan perspekstif Al-Qur’an tentang manusia, kita harus mengkaji semua istilah tersebut dan istilah lain yang berhubungan dengannya.
            Suatu keistimewaan Al-Qur’an adalah bahwa ketika menjelaskan aspek tertentu tentang manusia, selalu menggunakan kosakata untuk menyebut manusia itu sesuai dengan aspek pembicaraannya. Oleh karena itu, kita harus meneliti dengan jeli aspek apa yang sedang dibicarakan Al-Qur’an sehingga pilihan kosakata tertentu digunakan pada konteks pembicaraan itu.
            Menurut buku Paradigma Psikologi Islam (Studi tentang Elemen Psikologi dari Al-Qur’an), sekurang-kurangnya ada tiga kelompok istilah yang digunakan Al-Qur’an dalam menjelaskan manusia secara totalitas, baik fisik maupun psikis.
Pertama           : Kelompok kata al-basyar
Kedua             : Kelompok kata al-insan, al-ins, an-nas dan al-unas
Ketiga             : Kata Bani Adam
Suatu hal yang perlu disadari bahwa perbedaan istilah tersebut bukanlah menunjukkan adanya inkonsistensi atau kontradiksi uraian Al-Qur’an tentang manusia, tetapi justru keistimewaan karena Al-Qur’an mampu meletakkan suatu istilah yang tepat sesuai dengan sisi pandang atau penekanan yang sedang menjadi fokus pembicaraannya. Berikut penjelasannya.

1.        Al-Basyar
Secara bahasa (lugawi, lesikal) al-basyar berarti fisik manusia. Jadi al-basyar adalah gambaran manusia secara materi, yang dapat dilihat, memakan sesuatu, berjalan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Makna ini disimpulkan dari berbagai uraian mengenai ini. Diantaranya adalah uraian Abu al-Husain Ahmad ibn Faris ibn Zakariya dalam Mu’jam al-Maqayis fi al-Lugah. Ia menjelaskan bahwa semua kata yang huruf-huruf asalnya terdiri dari ba, syin dan ra’, berarti sesuatu yang tampak jelas dan biasanya cantik dan indah.
Manusia dalam pengertian ini disebutkan 35 kali dalam berbagai surah. Dari pengertian-pengertian tersebut, 25 kali berbicara tentang “kemanusiaan” para rasul dan nabi, 10 ayat menggambarkan polemik para rasul dan nabi dengan orang-orang kafir, yang isinya keengganan orang-orang kafir terhadap apa yang dibawa oleh para rasul dan nabi, karena menurut mereka para rasul itu adalah manusia seperti mereka juga.
Allah SWT. Berfirman yang artinya:
  
2. Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Quran pun yang baru (di-turunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main,
3. (lagi) hati mereka dalam Keadaan lalai. dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka: "Orang ini tidak lain hanyalah seorang manusia (jua) seperti kamu, Maka Apakah kamu menerima sihir itu, Padahal kamu menyaksikannya? (QS. Al-Anbiya [21])
Manusia dalam pengertian basyar ini dapat pula dilihat antara lain dalam surah Ibrahim ayat 10, Hud ayat 26, al-Mukminun ayat 24 dan 33, Asy-Syuara ayat 154, Yasin ayat 15 dan Al Isra ayat 93.

2.        Al-Insan, Al-Ins, An-Nas dan Al-Unas
Kata al-insan, menurut Ibnu Mansur mempunyai tiga asal kata.
Pertama, berasal dari kata anasa yang berarti abara yaitu melihat, ‘alima yang berarti mengetahui dan istilah “an” yang berarti meminta izin.
Kedua, berasal dari kata nasiya yang berarti lupa.
Ketiga, berasal dari kata an-nus yang berarti jinak, lawan dari kata al-wakhsyah yang berarti buas.
     Berbeda dari cara Ibnu Mansur yang berusaha menguraikan makna dari yang pokok menuju makna spesifik, Ibnu Zakariya mencari makna yang umum dari berbagai makna spesifik. Menurutnya, semua kata yang kata asalnya terdiri dari huruf-huruf alif, nun dan sin mempunyai makna asli jinak, harmonis dan tampak dengan jelas.
     Dalam Al-Qur’an, kata an-nas terdapat sebanyak 240 kali dengan keterangan yang jelas menunjukkan pada jenis keturunan Nabi Adam a.s. Misalnya dalam firman Allah berikut yang artinya:
Ÿ  
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat [49] : 13)
Manusia juga sering disebut al-ins atau al-insan. Kata al-ins dan al-insan dalam pengertian bahasa merupakan lawan dari “binatang liar”. Dalam Al-Qur’an, sekalipun mempunyai akar kata yang sama, kedua kata tersebut mempunyai pengertian yang berbeda dan mempunyai keistimewaan yang berbeda pula. Dalam Al-Qur’an, kata al-ins senantiasa dipertentangkan dengan al-jinn (jin).
     Kata al-insan bukan berarti basyar saja dan bukan pula dalam pengertian al-ins. Dalam pemakaian Al-Qur’an, al-insan mengandung pengertian makhluk mukalaf (dibebani tanggung jawab) pengemban amanah dan khalifah Allah SWT. di muka bumi.

3.        Bani Adam
Secara bahasa, bani adalah bentuk jamak dari kata ibnun yang berarti anak. Bentuk dasarnya adalah banun atau banin, tetapi karena berada pada posisi muaf (diterangkan), huruf wau dan nun pada kata banun tersebut harus dihilangkan sehingga menjadi kata bani.
     Istilah bani Adam dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak tujuh kali, masing-masing dalam tujuh ayat dan tiga surah. Berdasarkan konteks pembicaraan masing-masing ayat tersebut dapat dijelaskan bahwa terdapat tiga ayat yang membicarakan tentang keharusan manusia memakai pakaian yang berguna untuk memperindah tubuh dan menutup aurat. Sedangkan tiga ayat lainnya, istilah bani Adam dihubungkan dengan pembicaraan tentang keimanan dan penjelasan tentang musuh utama, yaitu setan (syaitan). Dalam ayat ini diterangkan bahwa manusia sejak sebelum lahir telah mengenal kalimat tauhid.
     Selanjutnya, dalam satu ayat ditegaskan bahwa manusia adalah makhluk yang diberi kelebihan yang dapat menguasai daratan dan lautan. Dari keseluruhan ayat yang menggunakan kata bani Adam dapat dipahami bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kelebihan dan keistimewaan dibandung makhluk lainnya, Keistimewaan itu meliputi fitrah keagamaan, peradaban dan kemampuan memanfaatkan alam. #gap (Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, Perjalanan Akbar Ras Adam)

Syafiah, dkk. 2009. Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali. Jakarta: Hikmah (PT. Mizan Publika).
Sudarmojo, Agus Haryo. 2009. Perjalanan Akbar Ras Adam. Bandung: Mizania.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar